Pages

Ads 468x60px

Featured Posts

Sabtu, 31 Maret 2012

light speed me

Belakangan ini saya merasa segala sesuatu berjalan dengan begitu cepat. Waktu, manusia, semuanya. Saya merasa seperti sedang mengendarai pesawat jet dan memasuki mesin waktu. Semuanya beterbangan, blurry.

1. Waktu
Ini sudah hampir sembilan bulan saya menjadi siswa putih abu-abu.Tidak terasa semuanya berjalan dengan sangat cepat.Beberapa bulan lagi sudah kenaikan kelas.Teman yang lain rata-rata sudah menetapkan pilihannya masing-masing ingin melanjutkan jurusan apa.Sedangkan saya,pasrah dengan keadaan dengan masuk jurusan IPS.Sekitar 2 tahun lagi,melanjutkan ke perguruan tinggi, lalu lulus kerja.Kemudian ujung-ujungnya menikah dan menjadi ibu rumah tangga.Sederhana sekali skema kehidupan ini.Begitu mudah dan cepatnya waktu berlalu.

2. Manusia
Saya mengenal banyak orang baru dalam hidup saya selama kira-kira setahun terakhir ini. Orang-orang dari berbagai latar belakang, yang tak jarang saling bertolak belakang satu sama lain. Mereka semua sedikit banyak meninggalkan makna dalam hidup saya. Tapi ini mungkin adalah hukum keseimbangan, saya juga kehilangan tidak sedikit orang. Saya merasa kehilangan mereka yang juga telah mewarnai hidup saya, mereka yang beberapa diantaranya adalah teman-teman terbaik yang pernah saya miliki. Kehilangan secara kesempatan dan simbolik. Beberapa teman saya berubah menjadi orang yang tidak saya kenal. Apakah saya sedih? Ya. Tapi hey bukankah saya juga berubah? Mungkin saya juga bukan lagi saya yang pernah mereka kenal. Apakah mereka sedih? Saya tidak tahu.

Yah perubahan. Salah satu hal yang mau tidak mau harus kita mainkan ketika kita telah memutuskan untuk membuat sebuah konser raksasa bernama kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh Johann Wolfgang von Goethe, "Life belongs to the living, and he who lives must be prepared for changes."

"colour my life with the chaos of trouble"

Ada dua jenis orang yang paling sial di dunia ini: pertama, orang yang tidak memiliki pilihan; kedua, orang yang mempunyai terlalu banyak pilihan. Orang yang tidak memiliki pilihan akan terus berjalan dalam rel yang stagnan, monoton, tidak bervariasi, seolah hidupnya telah dirancang untuk menjadi membosankan oleh Sang Sutradara.

Sedangkan orang yang memiliki terlalu banyak pilihan akan terlena dengan pemandangan-pemandangan indah di kejauhan, tanpa pernah sadar sebenarnya dia hanya berputar-putar saja di tempat karena tidak pernah memutuskan untuk bergerak kemana. Dan suatu hari ketika pemandangan-pemandangan itu hilang ditelan kabut, dia akan sadar bahwa dia belum kemana-mana.

Saya tidak tahu apakah saya termasuk jenis yang pertama atau yang kedua, karena sepertinya malah saya sendiri yang menciptakan kabut dalam perjalanan-perjalanan saya.